Caritas
Ketapang- Universitas Atmajaya Jogjakarta (UAJ) akan mengirim 50
mahasiswanya ke wilayah Keuskupan Ketapang untuk program Kuliah Kerja Nyata.
Kelimapuluh mahasiswa UAJ itu akan
berada di Kabupaten Ketapang dari
Desember 2014 hingga Januari 2015.
Demikian
disampaikan wakil ketua LPPM, Ir. Yongki Surya Dharma, MT, dalam lawatannya ke Wisma Keuskupan Ketapang, Jumat
(14/8) kemarin.
“Pintu
masuk kegiatan kami ini melalui Keuskupan Ketapang,” Kata Yongki.
Kerjasama
ini dimulai sejak MOU antara UAJ dengan
Bapak Uskup Ketapang di tandatangani 2 bulan yang lalu. Yang bertanda tangan
adalah Bapak Uskup Pius Riana Prabdi dan
Yongki selaku wakil UAJ.
Tujuan
dari pengiriman mahasiswa untuk KKN ke wilayah Keuskupan Ketapang ini menurut
Yongki, antara lain untuk memetakan persoalan-persoalan masyarakat di wilayah
pedalam yang berada dalam wilayah Keuskupan.
Sementara
itu Keuskupan ketapang menunjuk Pastor Vinsensius Bangun Wahyu Nugroho, ketua Komisi
PSE merangkap sebagai koordinator kegiatan. Pastor paroki pedalaman dan para
pastor dari regio-regio, yang mewakili wialayah regio Utara, regio Tengah,
regio Selatan, regio Timur, dan regio Pantai sebagai tuan rumah.
“Ini
kesempatan baik, tidak saja buat Keuskupan Ketapang, tetapi juga baik buat
insan pendidikan tinggi seperti UAJ untuk memotret kehidupan warga dan umat Ketapang
dari insan calon-calon pemimpin yang akan terjun langsung dalam praktek kuliah
nyata”, ungkap Bapak uskup yang akrab disapa Mgr. Pius.
Lebih
jauh Mgr. Pius memaparkan, kehadiran investor yang membuka perkebunan di
Ketapang membawa banyak perubahan,
seperti akses jalan ke kampung mulai terbuka, namun tidak jarang muncul konflik
diantara penduduk, dengan berbagai kepentingan.
Selain
Uskup Ketapang, Romo Bangun menambahkan bahwa pengalihan hutan untuk perkebunan
ataupun pertambangan mengakibatkan terjadinya banyak hutan dan tanah beralih
fungsi. Sungai yang dulu jernih, kini menjadi keruh. Lingkungan hutan yang
hijau kini banyak yang telah di-steaking
(direbahkan atau diratakan, Red) sehingga sejauh mata memandang yang ada adalah
hamparan kayu rebah dan kering siap dibakar. Tentu saja ini akan mengakibatkan
udara semakin panas. Selain itu tambah
dia, penjualan tanah yang masif tak terhindarkan lagi. Karena itu Romo
Bangun melalui komisi Justice and Peace
Keuskupan Ketapang berusaha mengadvokasi masyarakat agar menjaga dan melindungi
tanah mereka dari serbuan berbagai macam kepentingan.
Sementara
itu Yayasan Usaba (YUSABA) Rm. Pamungkas menyampaikan bahwa kwalitas pendidikan yang sangat rendah dan tingkat
kehadiran guru sering dipertanyakan warga kampung pedalaman.
Beberapa
Kecamatan di pedalaman ini kata Pamungkas kini telah berdiri SMP, SMA dan sekolah
kejuruan. Tentu ini akan memberi peluang untuk anak-anak pedalaman menimba ilmu
sebelum ke bangku kuliah.
“Hanya
persolanannya, seberapa jauh anak-anak pedalaman mampu bersaing ketika mutu
pendidikan dipertanyakan,” ungkap Romo yang juga guru SMAK Semandang ini.
Rektor
UAJ, Mariatma memberikan kesempatan beasiswa bagi siswa yang berprestasi. Baik
yang direkomendasikan oleh sekolah, maupun oleh pastor paroki.
“Pintu
masuk kami adalah Keuskupan, ini tonggak
sejarah bagi lembaga kami, “ kata Mariatma. Dia juga sangat berharap ini
menjadi awal yang baik untuk kerjasama UAJ dengan Keuskupan Ketapang. Mulai
dari bidang sosial budaya, pendidikan, kesehatan lingkungan, peternakan,
pertanian, perkebunan, meski sebatas hadir melihat, memetakan persoalan
(profiling).
Pertemuan
pihak UAJ dengan Keuskupan Ketapang Ini juga dihadiri oleh Vikjen Keuskupan
Ketapang, Rm Sutadi dan bendahara UAJ, Suparno.
Diakhir
pertemuan, Yongki mengatakan mahasiswa yang akan mengambil kuliah kerja nyata
di wilayah Keuskupan Ketapang, akan berangkat dengan menggunakan Kapal Laut. Diharapkan
mereka sudah sampai di Ketapang 20 Desember 2014. Setelah mendapat pembekalan tambahan tentang
adat budaya dan informasi lainnya dari Uskup Ketapang, peserta akan disebar di
4 wilayah regio Keuskupan Ketapang. Well-done.(md)