suasana rapat komisi-komisi |
Caritas
Keuskupan Ketapang-CKK, Evaluasi komisi-komisi Keuskupan Ketapang yang
sudah menjadi agenda setiap 3 bulan, berlangsung dari tanggal 19-20 November 2014, di wisma
Keuskupan Ketapang. Semua Komisi Keuskupan hadir dalam evaluasi yang dipimpin
oleh Rm. Laurensius Sutadi selaku Vikjen merangkap koordinator komisi Keuskupan.
Komisi yang telah memberikan evaluasi kinerjanya 19 Nov malam hari adalah PSE,
Komsos, Kateketik. Pada kesempatan ini, Caritas Keuskupan Ketapang, mendapat
kehormatan untuk ikut hadir menyampaikan evaluasi karya, dilanjutkan dengan
laporan Komisi Karya Kepausan Indonesia (KKI) dan Komisi Keluarga pada esok
harinya.
Bangun Nugroho , menyampaikan bahwa Komisi PSE telah melakukan pemberdayaan melalui serentetan aktivitas menjawab beberapa program yang telah dicanangkan, seperti program lingkungan hidup (keutuhan ciptaan). Kami juga telah mengirim 6 anak-anak pedalaman untuk mengikuti kursus ketrampilan organik ke Jawa, dalam rangka menjawab program pemberdayaan SDM, imbuhnya, Lebih jauh Ketua PSE merangkap KKP menenkankan “dalam aktivitas pemberdayaan masyarakat saat ini rasanya lebih penting memberi ikan dari pada kail” ujarnya.
Ada
berbagai ragam tanggapan yang muncul dalam diskusi, menanggapi model
pendampingan pemberdayaan masyarakat, misalnya Rm. Juli, berujar,
“hopeless” tidak tahu lagi mau bilang apa. Lebih jauh pastor yang senantiasa keras menyuarakan orang Dayak pedalaman mempertanyakan: “apa yang belum kita(gereja) berikan untuk
memberdayakan orang pedalaman”.
“Sudah
banyak”, dan saya kalah dalam membela mereka untuk tidak menyerahkan tanahnya
pada perusahan”, ungkap Romo Bangun.
Pertanyaannya
sudah seberapa serius kita mempersiapkan dan membantu masyarakat untuk dapat
mengakses program-program ekonomi yang ditawarkan berbagai individu maupun
perusahan dan pemerintahan, tambah bapak Hieronimus Tanam dari Komisi Keluarga.
Bila
kita jujur berefleksi, kita juga harus mempertanyakan model advokasi kita,
apakah advokasi kita selama ini berimbang. Jangan-jangan justru pengambil
keputusan seperti perusahan, pemerintahan perlu diadvokasi juga agar kita
memperoleh info yang benar, tambah rm. Made dari Caritas Keuskupan Ketapang.
Dalam
evaluasi Komisi Kataketik, Pastor Kukuh selaku koordinator komisi mengungkapkan bahwa apa yang telah
diprogramkan dalam tahun ini, seperti lomba kitab suci yang berlangsung di
paroki Balai Berkuak telah berlansung dengan sukses. “Model kegiatan dalam
bentuk seminar rasanya lebih terasa memiliki nuansa kesejukan, tidak lagi
nuansa kalah menang” ungkapnya dengan penuh keyakinan.
Sementara
Komisi Komunikasi Sosial, yang dinahkodai oleh Rm.Endi sebagai ketua komisi
yang baru menggantikan pastor Made, sedang berbenah benah, belum bisa membuat banyak
kegiatan.
Rm.Damas
ketua Komisi Kepemudaan dengan anthusias membagikan pengalaman beraktivitas
bersama anak muda. Pengalaman camping anak Muda di Balai Semandang memberikan
sentuhan baru. “Anak muda sedemikian canggih dalam bermedia sosial”kisahnya.
Lebih jauh beliau, yang juga adalah pastor paroki Sepotong mengungkapkan,
“mengajari anak muda menjadi wartawan kampung dengan memanfaatkan alat
komunikasi seperti hp android, sungguh memberikan kegairan baru bagi anak muda”.
Perlu
diketahui Youth Camp berlansung di Balai semandang, Agustus 2014 yang
melibatkan seluruh paroki Keuskupan Ketapang.
Evaluasi
dilanjutkan kesokan harinya dengan menghadirkan Caritas Keuskupan Ketapang yang
memaparkan visi dan misinya. Caritas keuskupan Ketapang adalah lembaga sosial
kemanusia yang bergerak dalam bidang kebencanaan. Kami ingin hadir membawa
wajah gereja pada kelompok komunitas pedalaman
dengan pendekatan “community managed”. ungkap Aloysius selaku
koordinator lapangan. Lebih jauh ia memaparkan, “Caritas hadir memberi
pendampingan pada kelompok yang mau mengorganisir (memanage) dan benar-benar mau membantu
diri mereka sendiri, tidak tergantung dari bantuan luar”. Tidak lupa ia mengingatkan, “yang dimaui orang pedalaman
bukan duit, ikan, tapi yang perlu itu hadir
memahami persoalan mereka dengan assesment yang benar, kajian yang mendalam, apa
sih yang sesungguhnya mereka perlukan dulu, sesudah itu baru kita masuk (live
in).
Selanjutnya
evaluasi diteruskan dengan mendengarkan pengalaman Rm. Joko Purwanto, sebagai
ketua komisi keluarga menggantikan rm Simon. Dia mengatakan, “komisi keluarga pasti tidak bisa
bekerja sendiri” Ia juga memaparkan: “komisi-komisi adalah fasilitator untuk paroki-paroki,
perpanjangan tangan uskup dalam berbagai karya dan program, mari kita menggarap
pendampingan secara utuh dalam program yang satu”.
Senada
dengan cita-cita ini, uskup menegaskan kembali, program tahun 2015-2016
berfokus pada pembinaan keluarga kristiani. Beliau mengingatkan Komisi ini
(Komkel) menjadi the leader untuk
program Keuskupan yang akan ditandai dengan sinode Keuskupan yang akan
berlangsung pada tanggal 26-30 Januari 2015. Komisi Keluarga diharapkan
menyusun semacam logframe work, (kerangka kerja logis ), mencanangkan tujuan umum, dimana kemudian komisi-komisi
ambil bagian dalam tujuan-tujuan kusus berdasarkan ciri kas komisinya untuk
bersama mencapai tujuan jangka pendek, melalui outputs (hasil yang mau
dicapai), sehingga gerakan(aktivitas) untuk mencapai sasaran menjadi aktivitas
komisi-komisi dalam kebersamaan. Sebagai contoh, beliau merumuskan cita-citanya
tentang keluarga: “mewujudkan keluarga
kristiani sejahtera yang beriman tinggi (militan) dalam wilayah Keuskupan Ketapang". Tujuan
umum ini akan terurai logis dan kongkrit dalam tujuan kusus (input) yang dirumuskan
masing masing oleh komisi. Indikator hasil dari tujuan juga dirumuskan
ditingkat komisi berdasarkan aktivitas yang disusun untuk mencapai output. Nah
bila program ini digarap bersama dalam komisi-komisi akan menjadi gerakan
bersama yang indah, harap beliau. (pls.u)