klp tani Kepari.getak balok kalah saing |
CKK-Ketapang. Harga karet yang semakin anjlok sangat meresahkan para
petani karet Ketapang, kususnya wilayah pedalaman. Menyikapi hal tersebut
Caritas Keuskupan Ketapang yang bergerak dalam pemberdayaan
kelompok-kelompok rentan bekerja sama
dengan private sektor yaitu pabrik karet P.T. Kirana Prima Tayan mengadakan
pertemuan diskusi tematik dengan pokok bahasan “memperpendek mata rantai nilai tata niaga karet dan pengembangan budi
daya karet unggul”. Pertemuan tersebut berlangsung di dusun Pendaun, Kecamatan Simpang Hulu Jumat,
13 Februari 2015 yang melibatkan 6 kelompok tani karet yang berasal dari desa Kwalan hulu, Balai Pinang Balai berkuak, Desa Merawa dan desa Semandang.
“Pertemuan ini sesungguhnya memantapkan pertemuan yang pernah
diadakan sebelumnya di Sandai yang digagas oleh Usaid Ifacs” ungkap Paulus
Unjing dari perwakilan Caritas. Lebih jauh ia menjelaskan, bahwa banyak
kelompok yang ingin bertemu dan berdiskusi langsung dengan pengelola pabrik,
agar memiliki pengetahuan langsung, paling tidak tahu dimana sesungguhnya kunci
dari persoalan harga karet yang anjlok ini, dan tututan pabrik akan karet yang olahan standard itu seperti apa”
Akon penggiat lingkungan hidup berwawasan kearifan lokal dan pimpinan Credit Union Botuh bosi
serta PNS di SMA negeri Balai Berkuak, yang menjadi tuan
rumah pertemuan ini sangat anthusias, lebih jauh ia mengungkapkan :
“Menyaksikan dan merindukan suatu hari kita kembali pada cara mengolah karet
agar berkwalitas dan tidak berbau busuk dan tentu saja dengan harga yang lebih baik,
menjadi cita-cita kami. Ujarnya disela-sela diskusi kelompok.
“Pertemuan ini adalah pertemuan untuk kedua kalinya dalam
rangka membangun kerjasama yang baik untuk membantu kelompok petani karet kita,
ujar Bapak Andi selaku direktur PT
Kirana Prima yang ditemani oleh Bapak Walizar berserta 4 orang stafnya.
Dihadapan peserta forum diskusi bapak direktur menjelaskan, dua prinsip mencapai tujuan dan
manfaat kemitraan kelompok tani dan parbrik Kirana Prima adalah ‘saling
membutuhkan’ dan menampilkan tranparansi harga”. Lebih lanjut ia memaparkan, “kami
juga tetap akan menjaga hubungan yang baik dengan strukur-struktur
yang telah berjalan di setiap komposisi sumber pasokan seperti para pengepul
bahan baku karet, sambil kami membangun kerja sama dengan Caritas Keuskupan Ketapang untuk membantu
kelompok tani dengan cara tersediri”.
“Caritas yang berpengalaman dalam capasitas pembangunan
kelompok dengan caranya sendiri akan menguatkan kelompok agar menjadi kelompok
yang mandiri, sementara kami bisa membantu dalam marketnya, artinya kita akan
membantu kelompok untuk menghasilkan bahan olahan karet yang berkwalitas, yang
baik” ini juga cita cita kami, ujar pak Wilasar maneger bagian pembelian.
“Manfaat kemitraan dengan Kirana Megatara Group adalah
sistem pembayaran yang cepat, keterbukaan timbangan digital & infrastruktur
pendukungnya, proses bongkar & sesuai antrian, ujar Ragil melengkapi
presentasi dari pihak Pabrik Kirana Prima. Lebih jauh dia meyakinkan para
peserta “ada program pembinaan produktivitas & mutu bokar, dapat harga
wajar & konsisten”. Kita berharap agar memperoleh keuntungan lain dari
kerjasama ini yaitu memperpendek jalur rantai distribusi dan meningkatkan
produktifitas kebun dan kualitas bokar ujar lagi Ragil dalam pertemuan ini
Hadir pada pertemuan ini
Stepanus Djuweng mewakili lembaga
GIZ. Sebuah lembaga dukungan pemerintah Jerman yang memiliki
program investasi dan
pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di
wilayah Kalimantan Barat. “Kami sedang
dalam kegiatan assesment di Kec. Laor, Kec. Simpang dua, Kec. Simpang hulu, dalam rangka program 3000 petani karet dan 1000 petani
lada untuk mendapat pendampingan karet dan lada melalui sistem pendampingan kelompok”. Ujar beliau
ditengah-tengah diskusi. Semoga kedepan terjadi kerja sama yang baik antara
Caritas Keuskupan Ketapang dan GIZ, ini peluang yang sangat baik bagi
petani-petani kita yang saat ini lagi terpuruk, harapnya.
Petrus Apin staf PIC
regional USAID IFACS ikut serta menghadiri pertemuan diskusi tematik
ini. Sebagai Community Development Officer dia menegaskan dan mengharapkan pertemuan ini memiliki rencana
tindak lanjut. “Akan sangat berdampak dan menjadi aksi nyata bagi kelangsungan
kelompok tani di kampung masing-masing,
bila sepulang dari pertemuan ini,
para perwakilan kelompok menyampaikan
dan mengkomunikasikan kembali kepada teman-temannya akan ada peluang
kerjasama dengan pabrik langsung, dan Caritas Keuskupan Ketapang aktip menjembatani ”.
“Perlu diketahui, sejak terbangunnya kesepakatan konservasi
alam di desa Kepari dan Sepotong, dampak pengembangan mata pencaharian karet
sebagai alat menuju pengurangan emisi ini, memotivasi masyarakat desa lain dan
membawa dampak secara tidak langsung akan adanya kerja sama dengan private
sektor seperti pabrik Karet. Kelompok tani penerima manfaat ekonomi tak
langsung ini adalah dampak kegiatan
Strategi Pembangunan Rendah Emisi (SPRE) dukungan Usaid tentang tata
kelola hutan dan climate change Indonesia (USAID IFACS) dengan lembaga mitra penerima hibah yaitu Caritas salah satunya. Jelas pak Apin
lebih lanjut menghakiri penuturannya
Bapak Sedan, Kepala
Desa kualan Hulu, desa Botong hadir dalam pertemuan itu mengungkapkan
perasaannya. “Baru pertama kali saya bisa tatap muka dengan direktur pabrik karet dan
mau mendengarkan kami, luar biasa”, katanya bersemangat. Kepala Desa ini terinspirasi
dan termotivasi atas pertemuaan ini dan berjanji sepulangnya akan menggerakan
para pengepul kampung bermitra langsunng. “Selama ini kami sangat tergantung
dengan para toke Balai Berkuak” cetusnya. Perlu diketahui Botong adalah desa
kualan hulu yang letaknya 45 km dari Balai Berkuak. Bila musim hujan,
satu-satunya jalan melalui sungai Kwalan selama 1 hari perjalanan. Bapak dua
anak ini juga berterimakasih pada Field Officer Caritas (Stepanus Adiyanto)
yang selalu mengkoordinasikan semua kegiatan budidaya karet unggul di 2 KSM binaan di desanya, dan mengundangnya
hadir. Kegiatan Caritas ini sangat membawa dampak yang baik bagi masyarakat
kami biarpun tidak semua. Ungkapnya dalam diskusi.
Pada diskusi yang terpisah dengan CKK, direktur Caritas Ign.
Made berpendapat “ sangat setuju untuk menangkap perluang ini sebagai kesempatan yang baik untuk
meningkatkan kemitraan collaborative management pengembangan livelihood karet
unggul dan penguatan kelompok tani dengan PT. KP dan GIZ dan juga dengan
instansi pemerintah seperti Dinas Perkebunan. “Kita harus mengedepankan prinsip
pendampingan, datang bukan sebagai tuan besar (bos), tapi hadir membawa kebaikan, memulai
dari apa yang komunitas inginkan, membangun dari apa yang mereka punyai”.
Ungkap beliau.
Sebagaimana kita ketahui akhir-akhir ini kondisi harga karet
turun di pasar dunia. Hal ini sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat
pedalaman. Semakin terpuruknya pendapatan ekonomi para penyadap karet di kampung membuat pendampingan dalam komoditi
karet semakin membuat orang lesu.
Pembeli karet dunia lebih trend membeli karet yang
kualitasnya lebih baik ke negara tetangga Indonsia yaitu Thailan dan Kamboja yang
pernah studi banding pengembangan karet unggul di Indonesia sejak tahun 1997.
Harga karet turun berdampak sampai ke tingkat kampung berkisar Rp.4.000 s/d
Rp.5.000 an perkilogramnya. Penghasilan sangat tidak berimbang dengan
pengeluaran per bulannya. Kondisi ini, membuat petani beralih sementara dengan
bekerja serabutan lainnya, ada yang menjadi buruh rawat di perusahaan sawit,
ada yang memborong penebasan lahan untuk sawit, dan yang lebih menyedihkan lagi
sebagian masyarakat menjual lahan
karetnya kepada perusahaan sawit karena terhimpit oleh ekonomi.
Caritas Keuskupan Ketapang adalah lembaga Kemanusian Keuskupan Ketapang, siap dengan program
kegiatan pemberdayaan komunitas dengan metoda "Community managed" . Memitigasi kerentanan ekonomi masyarakat/umatnya, dan terpanggil melakukan aksi pemenuhan “keutuhan
ciptaan” di bentang alam Ketapang ini adalah salah satu bentuk kegiatan. Kegiatan lainnya adalahi penguatan kelompok,(capacity building), melindungi tanaman yang menjadi matapencaharian petani utamanya
karet(proteksi), dan mempromosikan tanaman muda di sela-sela karet, membangun hubungan
dengan pabrik karet (potential buyer) langsung dengan petani karet sebagai
akses pasar yang menjanjikan keuntungan ekonom yang lebih baik bagi masyarakat. (AP/16/02/2015).