Anggota KSM
Uncak Kwalan (UK) dan Kak JaKa, untuk masing-masing kepala keluarga yang menjadi anggota, sudah memiliki kebun karet unggul
seluas 1,5 ha yang sudah dipetakan. Pemetaan sudah dilaksanakan oleh seorang tenaga ahli dari dinas perkebunan provinsi, bapak Ir.Djakiman, pada tanggal 17-18/12/2015. Dalam proses
pemetaan lahan, fasilitator Caritas ikut mendampingi dan mengukur luas lahan. Disamping itu, fasilitator juga masih harus mendampingi KSM melakukan koordinasi dengan pihak
pemerintah desa dalam pengurusan Surat Keterangan Tanah.
Biaya proses
penerbitan Surat Keterangan Tanah dari Desa sampai pada tingkat Kecamatan
adalah Rp.125.000,-/anggota. Jadi, pelunasan sisa administrasi
Rp.75.000,-/anggota dan pelengkapan data pendukung (luasan dan batas lahan) menjadi
“pekerjaan rumah” bagi anggota KSM.
Harga karet anjok, dampak perubahan iklim musim kemarau extrim mengurangi produktivitas tanaman muda, menjadi tantangan tersendiri. "Komplit sudah kesulitan kami, namun kami belum mau menyerah" ungkap Liter selaku pengurus Ka Jaka.
Didalam segala keterbatasan tersebut, anggota tetap mencoba memanfaatkan sumber daya yang ada. Salah satu usaha yang dilakukan pengurus ialah melakukan koordinasi dan mengajak kerjasama dengan pihak pengepul menalangi pembayaran pelunasan SKT. Setiap bulan anggota berkewajiban mencicil talangan tersebut dari hasil menjual karet kepada pengepul. Upaya kerjasama dengan pengepul ini membuahkan hasil “manis” hingga deadline pengumpulan data-data luasan lahan serta pelunasan SKT tiap anggota KSM ke desa bisa dipastikan selesai pada bulan Agustus 2015.
Pendekatan yang sama juga dilakukan oleh 2 pengurus KSM. Mereka bekerjasama dan bersepakat dengan 5 pengepul karet setempat seperti Pak Tutunk (bendahara KSM KJK) di Jangat, 3 pengepul desa (Sedan, Ahiong, Akin) dan 1 pengepul lokal, bendahara KSM UK (Ebun) di Kontok.
Bp.Liter ketua Kak Jaka |
Didalam segala keterbatasan tersebut, anggota tetap mencoba memanfaatkan sumber daya yang ada. Salah satu usaha yang dilakukan pengurus ialah melakukan koordinasi dan mengajak kerjasama dengan pihak pengepul menalangi pembayaran pelunasan SKT. Setiap bulan anggota berkewajiban mencicil talangan tersebut dari hasil menjual karet kepada pengepul. Upaya kerjasama dengan pengepul ini membuahkan hasil “manis” hingga deadline pengumpulan data-data luasan lahan serta pelunasan SKT tiap anggota KSM ke desa bisa dipastikan selesai pada bulan Agustus 2015.
Pendekatan yang sama juga dilakukan oleh 2 pengurus KSM. Mereka bekerjasama dan bersepakat dengan 5 pengepul karet setempat seperti Pak Tutunk (bendahara KSM KJK) di Jangat, 3 pengepul desa (Sedan, Ahiong, Akin) dan 1 pengepul lokal, bendahara KSM UK (Ebun) di Kontok.
Ada lagi, cara
lain pelunasan SKT, bagi perorangan. Ini kisah pengalaman anggota KSM KJK (Adeng) melunasi
sisa biaya SKT dengan memanfaatkan peluang hasil menjual seekor ternak babi
buat kegiatan RKT. Pengalaman lain lagi, beberapa anggota KSM UK (Danus, Jon,
dan lain-lain) melunasi SKT dengan menggunakan hasil dapat arisan KSM 2
mingguan. Itu dia, yang disebut "individu dan kelompok yang resilient. (ADI)