Selama
monitoring di lapangan, saya menemukan sejumlah ungkapan kata yang mungkin bisa
dijadikan penyemangat bagi kita semua. Kata kita, saya artikan sebagai subjek, untuk siapa saja yang punya kepentingan
dengan mata-pencaharian di dunia ini dalam bahasa lokalnya adalah paridop pamodan.
Kata-kata bermakna ini sangat pas terutama bagi
para implementor program dan para penerima manfaat, dimana selama ini selalu
mengalami tantangan ketika berusaha mengajak masyarakat dampingan menjadi riselien. Yang kami maksud dengan riselien adalah karakter diri ulet, tangguh, tanggon, dan berdaya menghadapi lajunya
dampak perubahan terutama perubahan iklim. lajunya dampak deforestasi dan degradasi hutan hingga
berdampak kepada kesehatan, merosotnya ekosistem dan lingkungan dan tanaman, sangat terasa.
Ini kisah ceritranya. Saat kunjungan ke salah satu anggota KSM KJK, saya bertemu dengan Kupong. Dalam bahasa Kwalan yang kental ia bilang begini:“padane denak miri paramuko, tewas pemalas
betonami,” artinya “bagi mereka yang pemalas, tidak heran, membeli sayur dengan
saya.”
Suatu hari, dia diundang dalam kegiatan LinKar Borneo,sebuah LMS yang bergerak dalam pemetaan dan pemberdayaan masyarakat. "Saya senang bisa berbagi kisah sukses tentang berkebun tanaman muda. Saya beruntung dapat pembelajaran dari Caritas sehingga dapat berbagi dengan teman-teman di Lingkar Borneo, apalagi saya juga anggota binaan. Dengan gaya bahasa khasnya Kupong bilang, “pajoh kedien toh nak ngenciba ngelaba, dop kan sama-sama bekreja mam besurong batornam.... sementang gak. He he he he,” artinya ‘wah kalian, jangan begitu dong, kita sama –sama belajar di sini, soal pengalaman bercocok tanam dari Caritas....ni sebisa saya ya.
Suatu hari, dia diundang dalam kegiatan LinKar Borneo,sebuah LMS yang bergerak dalam pemetaan dan pemberdayaan masyarakat. "Saya senang bisa berbagi kisah sukses tentang berkebun tanaman muda. Saya beruntung dapat pembelajaran dari Caritas sehingga dapat berbagi dengan teman-teman di Lingkar Borneo, apalagi saya juga anggota binaan. Dengan gaya bahasa khasnya Kupong bilang, “pajoh kedien toh nak ngenciba ngelaba, dop kan sama-sama bekreja mam besurong batornam.... sementang gak. He he he he,” artinya ‘wah kalian, jangan begitu dong, kita sama –sama belajar di sini, soal pengalaman bercocok tanam dari Caritas....ni sebisa saya ya.
Pada hari
sebelumnya (16/11) kunjungan di Entanak, saya bertemu dengan 4 anggota sub
kelompok KSM UK sedang menerima pelatihan Sekolah Lapang dari fasilitator Budin dan Adi. Mereka sedang berdiskusi di
pondok sambil menanti hujan reda. Nah waktu diskusi saya mendapat info soal pengetahuan lokal tentang
bahan-bahan sumber daya lokal yang dapat digunakan sebagai pengendali hama dan
penyakit tanaman. Fasilitator Adi membantu Alon dan Ebun yang kesulitan membeli Mol
Cair, berkat pengetahuannya membuka internet. Adi menyarankan teman-teman Entanak menggunakan nasi sebagai bahan cairan mol. Cara olahnya sangat sederhana. Masukan sisa nasi
ke dalam baskom, simpan di tempat terbuka dan aman, tunggu biarkan beberapa hari
sampai tumbuh jamur berwarna orange. Selanjutnya campurkan 5 sendok makan
gula pasir dan 1 liter air, remaskan bahan nasi sampai lumat, biarkan bahan tetap dalam baskon lalu simpan ke tempat semula agar berproses pegmentasi. Sesusdah 8 hari
baru cairannya bisa disiram ke media tanam. Gunakan cairan semprot 1 liter
cairan mol : 15-20 liter air.
Untuk menjawab kesulitan Pak Anyan dan Ebun untuk mengatasi ulat dan lalat pemakan buah, Yohanes Budin memberi jalan keluar uaitu menggunakan cairan mio genol. Hanya saja harus membeli bahannya dan bisa pesan lewat fasilitator. Teteskan cairan ini ke kapas dan masukkan ke dalam botol plastik dan gantungkan ke pohon tanaman, Nah nanti akan ada lalat jantan yang terjebak masuk ke botol tersebut hingga mati (sambil budin memperagakan contoh).
Pembelajaran berikutnya adalah kisah Sdr Ebun bertanggungjawab untuk membagikan pengetahuan dan pengalamannya mengusir lalat & ulat buah juga yang ia proleh dari fasilitator LinKar Borneo (Heri & Dui), bahannya adalah kunyit+putar wali+tembakau+sabun colek, cara olahnya semua bahan direbus mendidih ambil airnya kemdian tunggu dingin semprotkan ke sekitar pohon dan daun tanaman. Dilain cerita, awalnya mereka berlima (Ebun,Khobun, Alon, Anyan, dan Keti) sempat bingung ketika Budin menyarankan agar sampah atau rumput cabutan jangan dibuang jauh dari tanaman. Budin bermaksud agar sampah dedaunan tadi bisa berfungsi sebagai pupuk progresive, ada dua keuntungan; di musim kemarau menjaga kelembapan tanah, di musim hujan membantu menghambat pertumbuhan rumput baru. Eeee mendengar kata progresive mereka jadi tambah bingung mengucapkannya, akhirnya mereka gunakan istilah lain yaitu pupuk darurat, serentak suasana menjadi “pecah” karena tertawa geli mendengar istilah baru yang diusulkan oleh Alon yang sering disapa romo oleh teman-temannya. Diskusi semakin alot dan asik, kerja menanam di bedeng semakin menggembirakan, selesai menanam sayur dan menanam beberapa pohon hasil okulasi Khobun kami istirahat di pondok dan melanjutkan diskusi seputar KSM sambil meikmati Jagung rebus. Sambil makan jagung rebus, Anyan bilang bahwa odi yang akan datang, saya akan siapkan ubi rebus dan colekan madu biar sedap, asiiiik kata teman-teman lainnya, moga pak Apin dan teman-teman bisa hadir seperti ini harap pak Anyan dan teman-temannya. Demikian ceritanya, kisah lain akan menyusul, semoga bermanfaat. (PAPIN)
Untuk menjawab kesulitan Pak Anyan dan Ebun untuk mengatasi ulat dan lalat pemakan buah, Yohanes Budin memberi jalan keluar uaitu menggunakan cairan mio genol. Hanya saja harus membeli bahannya dan bisa pesan lewat fasilitator. Teteskan cairan ini ke kapas dan masukkan ke dalam botol plastik dan gantungkan ke pohon tanaman, Nah nanti akan ada lalat jantan yang terjebak masuk ke botol tersebut hingga mati (sambil budin memperagakan contoh).
Pembelajaran berikutnya adalah kisah Sdr Ebun bertanggungjawab untuk membagikan pengetahuan dan pengalamannya mengusir lalat & ulat buah juga yang ia proleh dari fasilitator LinKar Borneo (Heri & Dui), bahannya adalah kunyit+putar wali+tembakau+sabun colek, cara olahnya semua bahan direbus mendidih ambil airnya kemdian tunggu dingin semprotkan ke sekitar pohon dan daun tanaman. Dilain cerita, awalnya mereka berlima (Ebun,Khobun, Alon, Anyan, dan Keti) sempat bingung ketika Budin menyarankan agar sampah atau rumput cabutan jangan dibuang jauh dari tanaman. Budin bermaksud agar sampah dedaunan tadi bisa berfungsi sebagai pupuk progresive, ada dua keuntungan; di musim kemarau menjaga kelembapan tanah, di musim hujan membantu menghambat pertumbuhan rumput baru. Eeee mendengar kata progresive mereka jadi tambah bingung mengucapkannya, akhirnya mereka gunakan istilah lain yaitu pupuk darurat, serentak suasana menjadi “pecah” karena tertawa geli mendengar istilah baru yang diusulkan oleh Alon yang sering disapa romo oleh teman-temannya. Diskusi semakin alot dan asik, kerja menanam di bedeng semakin menggembirakan, selesai menanam sayur dan menanam beberapa pohon hasil okulasi Khobun kami istirahat di pondok dan melanjutkan diskusi seputar KSM sambil meikmati Jagung rebus. Sambil makan jagung rebus, Anyan bilang bahwa odi yang akan datang, saya akan siapkan ubi rebus dan colekan madu biar sedap, asiiiik kata teman-teman lainnya, moga pak Apin dan teman-teman bisa hadir seperti ini harap pak Anyan dan teman-temannya. Demikian ceritanya, kisah lain akan menyusul, semoga bermanfaat. (PAPIN)