CMLP II
Resiliensi KSM
Disorot, Jangan Terjebak Sibuk
KETAPANG, MEKAR – Staf Karina C.Lora Egaratri, Selasa (26/1), menyampaikan progres capaian,
indikator dan target program communty Managed Livelihood Promotion (CMLP) di
semester tiga, di dalam forum diskusi berdasarkan logframe. Hadir pada kesempatan itu, Koordinator Lapangan Aloysius
Rachmad, dua Fasilitator Lapangan Stepanus Adiyanto dan Jelly Karel Peyoh, dan 2
Technical Support Petrus Apin dan Yohanes Budin. Kita bukan gagal, mungkin lebih tepat "gagal fokus" ungkap Lora ketika mengomentari capaian Tim Implementor program CMLP
II. Lebih lanjut ia mengatakan agar team tidak terjebak hanya karena sibuk dari masyarakat penerima
manfaat lalu kegiatan tidak teratur dan terukur.
“Ciri masyarakat yang resilien itu punya 4 karakter,
yaitu tangguh, ulet, berdaya tahan, dan tanggap dalam membangun kemandirian". Bila anggota melakukan budidaya tanaman muda dan budidaya karet unggul, dan pembukuan keuangan keluarga secara tekun kalian sesungguhnya telah belajar mengendalikan kehidupan secara mandiri. Namun, untuk para penerima manfaat, paling penting
adalah merasakan dampak dari program ini,”
lora meneruskan pesan Martina dari Lembaga Donor Caritas Internasionalis Austria, di sela-sela penyampaiannya.
Saat ini, lanjutnya, dampak program sangat minim
hasil. Hasil okulasi tanam karet unggul juga sangat minim. Anggota kurang kompak ditambah lagi ternak
liar merusak tanaman muda sungguh meresahkan masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat
membutuhkan pendampingan fisilitator yang mampu untuk fokus. "Jangan lari dari logframe kita, kalau tidak mau gagal fokus" tandasnya keras.
Selanjutnya dia mengingatkan agar para pendamping perlu meningkatkan kualitas pendampingan/live in. Memastikan tinggal ditengah komunitas 10 hari per KSM, dan bekerja dengan efektif dan efisien. Untuk live in perlu berpindah-pindah dan merata(tidak hanya di ketua KSM saja), dan
pertajam focus live in supaya terarah. Laporan live in dimasukan dalam laporan
bulanan.
“perencanaan live in harus lebih matang dan terarah,
fasilitator harus lebih jeli mengidentifikasi lesson learned dari laporan bulan
sebelumnya, sebelum live in, harus lebih mengoptimalkan data yang ada untuk
dianalisa dan ditindaklanjuti, jangan hanya berhenti sampai pada pelaporan ke
KARINA saja,” katanya.
Sementara itu Petrus Apin, technical support program CKK,
mengatakan, fasilitator pendamping harus mengubah strategi dan metode
pendampingan praktek pembukuan keuangan keluarga. “Ada kemungkinan, BKH (buku kas harian) lebih disederhanakan lagi berdasarkan
konteks keluarga/penerima manfaat. Ingatkan selalu para ibu untuk mencatat hasil kebun tanaman muda yang telah dipanennya, sekadar mengingatkan" ujarnya.
Ia mengusulkan ada baiknya pelibatan tim support
external program untuk sisa 5 bulan pendampingan dalam tim implementor (feb-Juni 2016), sdr Yohanes Budin yang selama ini juga aktip menemani kelompok, agar hasil capaian dalam lima bulan ke depan lebih baik dan terukur.
Ditemui setelah diskusi, Koordinator Lapang Aloysius
Rachmad mengatakan, kerjasama dan koordinasi antar tim merupakan prioritas.
“Kami perlu koordinasi intensif untuk urusan teknis pendampingan dengan tim
kerja dan staf caritas lain serta direktur,” ujarnya, ke pada sdr. Apin yang pernah menjabat Koodinator
Lapang program dukungan perubahan iklim (Usaid Ifacs).
Berbekal pengalaman itu, Aloysius yakin dapat
mempersiapkan tim kerja menghadapi sisa 5 bulan pendampingan KSM di Kontok,
Jangat, Sei Bansi, dan Giet, Febuari – Mei 2016. Apalagi, pihaknya menyatakan
didukung keberadaan tim technical support.
Lora mengatakan, fleksibelitas pelaksanaan tugas di
lapangan berupa keterwakilan pelaksanaan tugas oleh pihak lain, tetap mungkin
untuk dilakukan, jika yang bersangkutan berhalangan hadir namun ada support
eksternal.
Namun sebaiknya tetap semua informasi dan laporan yg
didapatkan di lapangan harus di-pool pada posnya masing-masing, sehingga pada
saat memerlukan koordinasi terkait tema tersebut di kemudian hari, baik pihak
CKK maupun KARINA tetap bisa memakai jalur komando yang sesuai.
“Dan untuk memenuhi kebutuhan administrasi, hal ini
perlu didukung dengan dokumen pendukung, yaitu mandatory dari direktur atau
surat keterangan dari pihak terkait atas kendala tidak menghadiri kegiatan, “
katanya.
Kalender Musim
Untuk agenda pendampingan sisa 5 bulan ke depan , Petrus Apin mengingatkan soal kalender musim. Pertengahan Januari s/d Maret, petani mengetam padi. Penghujung bulan Maret s/d April ada pesta panen padi dan biasanya dimusim ini masyarakat menghabiskan waktu untuk pesta rakyat. Memasuki bulan April, sebagian masyarakat sudah ada yang memulai mencari tempat berladang (ngusok) sampai ke kegiatan menebas dan menebang di bulan Mei Juni Juli. Berdasarkan data empiris peladang setempat, disepanjang musim ini mereka sibuk, sehingga diperlukan ketrampilan dan kegigihan agar dimungkinkan kerjasama yang bermuara pada penyesuaian sehingga pendampingan berjalan baik.
Direktur Ignasius Made Sukartia (rapat tim, 4/1) mengatakan, muatan kerja tim technical support mendukung
tugas tim implementor program. “Ini
menegaskan secara efektif, agenda perbaikan menejemen program di lapang secara
teknis dan operasional tetap dikendalikan oleh Koordinator dan dibantu oleh sdr Apin,” katanya.
Pendekatan individu oleh fasilitator menjadi penting
dalam meningkatkan motivasi anggota dan menemukan akar masalah dari trend
ketidakaktifan anggota. “Semoga tim kerja punya agenda pendampingan yang strategis.
Tak hanya komitmen, tapi praktik,” ujarnya.
“Saya titip secara khusus, ini hal cukup berat dan
membutuhkan hasil konkret di lapangan sehingga terhindar dari jebakan karena masyarakat sibuk dan kodal (masuk kuping kiri keluar kuping kanan),” katanya.
Model promosi livelihood yang dikelola oleh
masyarakat untuk menjadikan mereka resilien dipengaruhi 2 faktor yaitu pendukung tim
implementor dan penerima manfaat. “Banyak hal yang harus disesuaikan dengan
seluruh pemangku kepentingan program terkait". kata koordinator. (papin)