Pasca bencana banjir bandang di Tanjung
29/8, "ada 14 KK kehilangan tempat tinggal, diantaranya 3 rumah hanyut dan
sisanya rusak berat," jelas Mimi tim relawan posko ketika ditanya dalam
rapat FGD identifikasi masalah & rencana kontigensi 25/9. Hasil kajian 2
identifikasi korban 10/9 oleh Caritas Keuskupan Ketapang dan Caritas Indonesia
serta tim posko Tanjung juga menemukan kapasitas yang masih dimiliki oleh warga
adalah mereka masih punya kebun untuk menyadap terutama bagi ibu janda atau
rumah tangga yang tidak jadi buruh perkebunan sawit, sebagian dari mereka masih
punya tabungan di Credit Union Gemala Kemisiq untuk modal berusaha. Namun
mereka dalam 3 bulan kedepan (oktober-des) masih trauma takut banjir datang
lebih besar lagi karena masa itu adalah masuk awal musim penghujan seperti
peristiwa tahun biasanya. Banyak warga terutama para ibu rumah tangga dan anak
yang sengaja belum mengemas kembali pakingan barang dalam karung mau pun
kantong dan tas.
Situasi lain juga menunjukan adanya
pembangunan kembali jembatan darurat penghubung antar dua desa, jembatan
penghubung kerapkali dipakai antar warga desa Tanggerang mau pun desa Teluk
Runjai sebagai jalan transportasi umum dan jalan menuju usaha tani. Namun di
tempat lain dibagian hilir dua desa tadi belum ada jembatan darurat yang
dibanagun, tampak aktifitas anak sekolah terpaksa menyebrang dengan meniti
dahan dahan dan batang pohon besar yang melintang di sungai Jelai tersebut.(Papin)