RABU.21.10.20. INSPIRASI PAGI
Lk.12:39-48 “belajar setia”
Saya sering bertanya pada diri saya, sampai kapan ya saya bisa bangun pk.03.30 pagi, lalu membaca bacaan pagi, kemudian membuat tulisan maximal 450 kata untuk renungan singkat ekaristi pagi. Sukur sukur masih bisa dibagikan dengan harapan sekurang kurangnya ada pembelajaran yang bisa diambil. Apakah yang saya bagikan ini dengan group, dan juga dengan teman-teman, bermanfaat?
Ada beberapa teman membacanya, kelihatan dari centang dua; ada juga yang memberi ucapan terimakasih. Ada juga yang setuju dengan menulis amin, ada juga yang memberi jempol, ada juga yang membalas selamat pagi juga romo. Namun bukan itu yang pertama membuat saya bertekad untuk terus menulis dan membuat renungan singkat. Kemarin pagi teman saya menulis “terima kasih romo telah setia menulis renungan”. “Setia” menulis, itu yang selalu saya niati setiap pagi. Terimakasih teman teman telah mengapresiasi dengan cara tersendiri. Dibaca, dilirik saja saya sudah gembira. Saya tetap akan belajar “untuk setia menulis renungan saya setiap pagi. Itu doa permohonan saya dimalam hari sebelum tidur.
Saya sadar benar, apa yang saya tulis jauh dari baik dan bagus, namun berimaginasi untuk bacaan injil setiap pagi menjadi kesempatan belajar yang baik untuk memahami sabda-Nya. Mungkin juga tidak banyak membantu teman teman, bisa jadi tidak menginspirasi, bisa jadi ganggu saja sehingga ada yang berniat memutuskan untuk out dari group, atau membaca judul terus “didelate”. Adik adik saya bahkan cepat memberi tanggapan kalau pagi tidak muncul tulisan, menanyakan apakah saya sakit, kok tidak muncul renungan pagi untuk kami, kok agak terlambat, padahal mereka tidak tahu di pedalaman sinyal kadang baik kadang tidak.
Pagi ini, Yesus berbicara tentang pelayan yang setia dan bijaksana yang tetap setia pada tugasnya dan memastikan pekerjaan yang dipercayakan kepadanya terlaksana dengan baik, ada atau tidak tuannya.
Kita juga dipanggil untuk menjadi pelayan yang setia dan bijaksana dalam pengertian yang sama. Kita harus tetap setia pada panggilan kita, belajar setia dengan pekerjaan dan tugas yang dipercayakan kepada kita. Kesetiaan itulah yang menandai pelayanan Yesus. Dia setia pada pekerjaan yang Tuhan berikan pada-Nya, meskipun itu berarti penyaliban-Nya. Dia setia kepada murid-murid yang Dia pilih, meskipun mereka mengecewakan-Nya dan meninggalkan-Nya ketika Dia sangat membutuhkan mereka.
Dia setia bahkan kepada musuh-musuhnya. Masih ingat kisah Maltus yang telinganya kena sabetan pedang Petrus, disembuhkannya. Ia tidak peduli dengan hujatan dan cemohan orang, malah berdoa di kayu salib bagi mereka yang bertanggung jawab atas penyaliban-Nya. Dalam berbagai cara, Yesus tetap setia. Kesetiaannya telah menginspirasi dan memberdayakan para murid. Baik juga mengingat pesan Paulus diakhir hidupnya, ia mengatakan:”Saya telah berjuang dalam pertarungan yang baik, saya telah menyelesaikan pertandingan, saya telah setia mempertahankan iman'.
Selamat pagi sahabat, saudari sudaraku. “Belajar setia” memang bukan perkara mudah. Mari mulai dari yang kecil dan sederhana saja. Cinta itu pengorbanan. Tuhan memberkati.